.
.

THIS SITE IS DELETED

.
.

Wednesday, September 21, 2016

Wisata ke New York Chinatown, Pecinan terbesar di Amerika

Chinatown dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan nama “Pecinan”, sebuah kawasan yang didominasi warga Tionghoa ini hampir ada di semua kota di dunia termasuk di salah satu kota terbesar dunia yaitu New York. New York Chinatown adalah pecinan terbesar di Amerika Serikat yang memiliki populasi dan peradaban di sisi barat dari belahan bumi Tionghoa terbesar. Newyork Chinatown terletak di daerah Manhattan memiliki dua mil persegi toko, rumah, restoran Tionghoa. Populasi diperkirakan sekitar 70.000 sampai 150.000 warga menjadi tujuan favorit para imigran Tionghoa yang datang ke Amerika Serikat dan dalam beberapa tahun terakhir ada juga warga ras lain dan budaya yang tinggal di sana.

Sejarah Singkat New York Chinatown

Para imigran Tionghoa memulai peradaban di Chinatown sekitar pertengahan abad kedelapan belas, dan pada abad kesembilanbelas semakin banyak imigran yang pindah ke Chinatown di New York untuk berbagai keperluan seperti bergabung dengan keluarga mereka atau untuk mencari pekerjaan, berdagang, membuka usaha termasuk melaut. penambang Tionghoa mulai berdatangan dalam jumlah dua kali lipat karena dijanjikan "gunung emas" di California selama demam emas pada tahun 1840 lalu. Mereka dipekerjakan untuk membangun Central Pacific Railroad juga selama imigrasi mereka di tahun 1850-an, banyak imigran datang untuk bekerja, mendapatkan uang, dan kembali ke China dengan uang banyak.
Sebagai pekerjaan yang turun menurun seperti bidang kereta api Tionghoa dan penambang, mereka mulai bekerja secara rutin di industri tembakau dan tekstil pabrik. Mereka dipilih untuk bekerja karena kemampuan bekerja mereka dengan upah yang lebih rendah dan lebih lama. Populasi kulit putih waktu itu berkumpul dan menentang para pekerja Tionghoa yang dianggap merebut pekerjaan mereka, hal ini membuat pekerja Tionghoa mulai berpindah ke kota-kota besar yang ternyata justru mendapatkan kesempatan bekerja lebih banyak juga lebih diterima oleh masyarakat yang sudah mengalami pencampuran budaya. Pada tahun 1880 telah tercatat 300-1000 imigran Tionghoa menghuni di New York City termasuk di daerah-daerah kumuh.

Chinatown didukung sebagian besar rakyat mereka sendiri dalam menghadapi diskriminasi rasial dengan menciptakan struktur internal yang terdiri dari asosiasi yang mengatur tatanan bagi masyarakat, urusan bisnis, kantor, kesehatan, barang yang dibutuhkan sehari-hari, makanan, dan tentu saja: pekerjaan. Chinatown terus meningkat sepanjang akhir abad kesembilan belas, imigran Tionghoa yang baru diberi tempat di atas rumah tingkat sampai mereka mandiri, rumah ini diberi pembatas untuk memberikan privasi, kadang-kadang untuk apartemen dua kamar tidur ditempati 5-15 orang. Dalam kondisi hidup yang buruk dan sempit, imigran Tionghoa perlahan-lahan terus berkembang, bahkan terus berdatangan setelah Undang-undang Tionghoa diterbitkan pada tahun 1882 yang mengatur untuk menghentikan imigrasi orang-orang Tionghoa yang datang untuk kebebasan bekerja. Hal ini membuat populasi kulit putih marah karena kemauan orang-orang China untuk bekerja dengan upah yang lebih rendah dalam kondisi buruk yang pada gilirannya, meninggalkan pekerjaan lebih sedikit untuk penduduk kulit putih. Hukum kemudian mengatur untuk menyatakan bahwa mereka melarang naturalisasi apapun oleh orang Tionghoa yang sudah tinggal di Amerika Serikat, dan ini juga berarti imigrasi orang Tionghoa tidak diberikan izin kerja khusus untuk bekerja di Amerika Serikat. Ijin kerja hanya kepada individu pedagang, mahasiswa, atau diplomat. Hal ini juga melarang imigrasi dari istri dan anak-anak dari pekerja Tionghoa yang tinggal di Amerika Serikat. Tindakan itu terus meningkat di pembatasan sepanjang tahun-tahun mendatang. Tindakan tersebut dicabut selama Perang Dunia II.

Ada 40-150 laki-laki dan 7.000 perempuan penduduk Tionghoa dari Chinatown, ini menurut rumor yang berkembang di masyarakat kulit putih. Saat itu menurut Bachelor Society, menyatakan bahwa ada sarang opium dengan pelacur dan budak perempuan di Chinatown. Karena jumlah besar diskriminasi dan antagonisme dari masyarakat kulit putih, orang Tionghoa memutuskan untuk membuat masyarakat mereka sendiri, asosiasi, dan pemerintah dalam kota mereka yang terisolasi. memungkinkan buruh yang tidak resmi bisa bekerja secara ilegal tepat di blok Chinatown. Organisasi pemerintah rahasia Chinatown ini mengatur pemakaman, pembukaan bisni, mediasi sengketa, serta sejumlah hal hukum mendesak dan penting lainnya bagi peradaban mereka. Tidak hanya mereka membuat pemerintah ini utuh, tetapi mereka juga menciptakan tindakan dan hukum yang melindungi imigran miskin, meski masih jauh dari kata damai tinggal di awal-awal masa di Chinatown. Ada klan dari anggota menentang orang Tionghoa yang percaya pada keyakinan berbeda, membuat turis, warga Chinatown, dan penduduk daerah di NYC takut untuk mengunjungi Chinatown dan sekitarnya.

Setelah tindakan tersebut diangkat dari imigran Tionghoa, Chinatown mulai meningkat lagi, mereka terus berkembang, perlahan-lahan, seluruh tahun 1940-an dan 50-an. Tionghoa terus dibayar lebih rendah dari upah minimum resmi dalam kondisi yang mengerikan selama berjam-jam untuk ribuan imigran yang mencari pekerjaan. Sebagian besar imigran Tionghoa Chinatown datang dari daratan, dan dikenal sebagai "kota Tionghoa." Atau “Pecinan”.
Pada akhir 1960-an, kuota imigrasi yang dilanggar membuat jumlah penduduk membludak, imigran Tionghoa berbondong-bondong ke Chinatown memperluas Chinatown lebih jauh, mengambil alih bagian dari Little Italy. Mereka akan membeli bangunan dan apartemen untuk diubah menjadi bisnis berdagang pakaian dan barang-barang menggunakan uang tunai. Mereka mulai menerima investasi asing dari Hong Kong, ini membuat Chinatown menjadi salah satu yang terbesar dan komoditas untuk kebutuhan hidup, imigrasi, dan ini dimulai dari masyarakat kecil yang mandiri terstruktur.

New York Chinatown Menjadi Pecinan Terbesar di Amerika

Bangunan di Chinatown saat ini adalah bangunan yang sama yang dibangun selama berabad-abad kedelapan belas dan kesembilan belas. Sewa beberapa apartemen dan front toko di Chinatown adalah beberapa tingkat tertinggi di kota karena gedung baru mereka merupakan perumahan mewah di seluruh komunitas mereka. Bangunan di Chinatown sekarang diatur secara tertib dan ketat bersama-sama, tetapi blok telah diperluas untuk menambah lebih banyak ruang untuk terus mengembangkan Chinatown. New York Chinatown sekarang adalah rumah bagi mayoritas imigran Tionghoa dan titik kunci bagi wisatawan dari seluruh dunia. Rumah-rumah kota, ratusan toko, restoran, dan pasar bagi warga dan wisatawan yang berkunjung.

New York City yang tak hanya dikenal sebagai kota terbesar, tapi juga kota paling padat ini rupanya memiliki perkampungan Tionghoa dan ada enam lokasi yang bisa ditemukan di kota ini. Salah satu lokasi yang wisatawan bisa kunjungi adalah di Manhattan. Jika mencari sebuah spot berbau Asia, tentu Chinatown-lah tempat yang tepat untuk ditelusuri apalagi di kawasan ini benar-benar komplit. Berbagai obyek wisata yang berkaitan dengan budaya dan sejarah ditawarkan di tempat ini, berikut juga banyak rumah makan Tionghoa.


Patung Confucius yang populer itu pun bisa ditemukan di Chinatown. Saat Hari Raya Imlek datang atau yang kita sebut juga dengan Tahun Baru Tionghoa, maka daerah ini menjadi sangat seru dan semarak dengan adanya festival yang menjadi bagian dari perayaan. Jalan-jalan di perkampungan Tionghoa tapi di Amerika tentu wisatawan dapat merasakan atmosfer yang beda, sebab setiap toko di sana kelihatan meriah dengan warna merahnya dan tulisan Tionghoa yang kadang dikombinasikan dengan tulisan Bahasa Inggris.

Monday, May 25, 2015

Nisfu Sya’ban



NISFU artinya pertengahan, maka malam Nisfu Sya’ban artinya malam pertengahan bulan Sya’ban. Kalau dirujuk kepada kalender Hijriyah, maka malam itu jatuh pada tanggal 14 Sya’ban karena pergantian tanggal sesuai penanggalan Hilaliyah atau yang meggunakan patokan rembulan adalah saat matahari terbenam atau  malam tiba. Benarkah ada tuntunan dari Rasulullah di malam ini?
  dapatkan kumpulan DP BBM TERBARU, klik disini
www.inoaGroup.com

Islami

"Nisfu Sya’ban"

  Oleh : Via InoaGroup.com



Sesungguhnya Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Aku tidak pernah sekali pun melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali (pada) bulan Ramadan, dan aku tidak pernah melihat beliau (banyak berpuasa -ed) dalam suatu bulan kecuali bulan Sya’ban. Beliau berpuasa pada kebanyakan hari di bulan Sya’ban.” (HR. al-Bukhari: 1868 dan HR. Muslim: 782)
Dalam hadits yang lain, Usamah bin Zaid berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa dalam beberapa bulan seperti puasamu di bulan Sya’ban. Beliau menjawab, ‘Itu adalah satu bulan yang manusia lalai darinya. (Bulan itu adalah) bulan antara Rajab dan Ramadan, dan pada bulan itu amalan-amalan manusia diangkat kepada Rabbul ‘alamin, maka aku ingin supaya amalanku diangkat pada saat aku berpuasa.’ ” (HR. an-Nasa’i: 1/322, dinilai shahih oleh al-Albani dalam Irwa’ al-Ghalil: 4/103)



Adapun pengkhususan hari-hari tertentu pada bulan Sya’ban untuk berpuasa atau qiyamul lail, seperti pada malam Nisfu Sya’ban, maka hadits-haditsnya lemah bahkan palsu. Di antaranya adalah hadits:
“Jika datang malam pertengahan bulan Sya’ban, maka lakukanlah qiyamul lail, dan berpuasalah di siang harinya, karena Allah turun ke langit dunia saat itu pada waktu matahari tenggelam, lalu Allah berkata, ‘Adakah orang yang minta ampun kepada-Ku, maka Aku akan ampuni dia. Adakah orang yang meminta rezeki kepada-Ku, maka Aku akan memberi rezeki kepadanya. Adakah orang yang diuji, maka Aku akan selamatkan dia. Adakah demikian dan demikian?’ (Allah mengatakan hal ini) sampai terbit fajar.” (HR. Ibnu Majah: 1/421; HR. al-Baihaqi dalam Su’abul Iman: 3/378)




Hadits ini dari jalan Ibnu Abi Sabrah, dari Ibrahim bin Muhammad, dari Mu’awiyah bin Abdillah bin Ja’far, dari ayahnya, dari Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hadits ini adalah hadits maudhu’/palsu, karena perawi bernama Ibnu Abi Sabrah tertuduh berdusta, sebagaimana dalam Taqrib milik al-Hafidz. Imam Ahmad dan gurunya (Ibnu Ma’in) berkata tentangnya, “Dia adalah perawi yang memalsukan hadits.”[ Lihat Silsilah Dha’ifah, no. 2132.]
Maka dari sini kita ketahui bahwa hadits tentang fadhilah (keutamaan –ed) menghidupkan malam Nisfu Syaban dan berpuasa di siang harinya tidaklah sah dan tidak bisa dijadikan hujjah (argumentasi). Para ulama menyatakan hal itu sebagai amalan bid’ah dalam agama. [Lihat Fatawa Lajnah Da’imah: 4/277, fatwa no. 884]. [konsultasi syari’ah]

Baca Juga Artikel Lainnya :

Tuesday, May 19, 2015

PEMANASAN MENUJU BULAN RAMADHAN

Dalam Riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Sayyidatina Aisyah r.a. berkata: “Aku belum pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyempurnakan shaum selama satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan aku belum pernah melihat beliau memperbanyak shaum dalam satu bulan kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari No. 1833, Muslim No. 1956).


  dapatkan kumpulan DP BBM TERBARU, klik disini
www.inoaGroup.com

Islami

"PEMANASAN MENUJU BULAN RAMADHAN"

  Oleh : Via InoaGroup.com


SUATU waktu sahabat Usamah bin Zaid bertanya kepada Rasulullah saw.: “Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu memperbanyak berpuasa  (selain Ramadhan) kecuali pada bulan Sya’ban? Rasulullah saw. menjawab: “Itu bulan dimana manusia banyak melupakannya, yaitu antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan itu segala perbuatan dan amal baik diangkat ke Tuhan semesta alam, maka aku ingin ketika amalku diangkat, aku dalam keadaan puasa”. (HR. Abu Dawud dan Nasa’i). Dilain tempat beliau (sayyidatina Aisyah r.a.) juga berkata: “Suatu malam Rasulullah saw. shalat, kemudian beliau bersujud panjang sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah saw. telah diambil. Karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah saw. selesai shalat beliau berkata: “Hai Aisyah engkau tidak dapat bagian?”. Lalu aku menjawab: “Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah saw. telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama”. Lalu beliau bertanya: “Tahukah engkau, malam apa sekarang ini”. “Rasulullah yang lebih tahu”, jawabku. Beliau pun berkata: “Malam ini adalah malam nisfu Sya’ban, Allah mengawasi hamba-Nya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki.” (H.R. Baihaqi dari Ala’ bin Harits).


Jika kita cermati, beberapa riwayat diatas setidaknya memberikan penjelasan kepada kita akan keutamaan-keutamaan bulan Sya’ban. Dikatakan bahwa bulan Sya’ban ialah bulan dimana amal-amal perbuatan manusia diangkat ke hadirat Tuhan penguasa alam. Bulan Sya’ban juga merupakan bulan dimana Allah swt. -saat malam pertengahan bulan Sya’ban- mengawasi hamba-hamba-Nya (adakah diantara mereka yang mendirikan qiyamul lail  saat itu), memaafkan mereka yang memohon ampunan, mencurahkan kasih saying bagi mereka yang mengharapkannya dan menyingkirkan hamba-hamba-Nya yang bersifat pendengki.Dan jika mau kita cermati beberapa riwayat diatas, ada dua hal yang biasa atau setidaknya pernah dilakukan rasulullah saw. di bulan Sya’ban yaitu memperbanyak berpuasa serta ber-qiyamul lail (mendirikan shalat) pada malam pertengahan bulan Sya’ban.Memperbanyak berpuasa merupakan amaliah yang sangat gemar dilakukan Rasulullah saw. di bulan Sya’ban. Maksud memperbanyak disini bukan berarti beliau melakukannya sebulan penuh akan tetapi beliau sering mengisi hari-hari di bulan Sya’ban dengan berpuasa.




Di samping menganjurkan berpuasa di bulan Sya’ban, Rasulullah saw. juga melarang umatnya berpuasa jika hal tersebut dilakukan sehari atau dua hari sebelum bulan sya’ban berakhir. Sebagaimana sabda saw. : “Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari sebelumnya kecuali orang yang terbiasa berpuasa maka puasalah.” (HR. Bukhari No. 1983 dan Muslim No. 1082 dari Abu Hurairah). Dalam hal ini Imam Nawawi dalam kitab Majmu’nya mengatakan bahwa apabila puasa sehari atau dua hari tersebut memiliki sebab atau merupakan kebiasaan dia berpuasa, seperti puasa dahr (puasa satu tahun penuh), puasa nabi daud (satu hari puasa satu hari berbuka) atau puasa senin-kamis maka maka hal tersebut di bolehkan. Namun jika tidak, maka hal itu terlarang.
Adapun tentang qiyamul lail, meskipun apa yang diriwayatkan Imam Baihaqi bersifat mursal (kurang valid), namun hal ini tidak mengurangi akan keutamaan bulan Sya’ban melihat banyak riwayat sahih lainnya yang menunjukkan  keutamaan bulan tersebut. Jadi, adalah mulia jika malam nisfu Sya’ban diisi dengan memperbanyak ibadah shalat, zikir, membaca al Qur’an, berdoa atau bermacam kegiatan positif lainnya
Waba’du, marilah kita manfaatkan kesempatan mencicipi bulan yang penuh keutamaan ini dengan memperbanyak ibadah puasa atau amal shalih lainnya. Selain sebagai manifestasi pendekatan diri kepada Allah swt. (taqarruban ilallah), puasa juga bisa menjadi ajang pemanasan dalam menghadapi bulan Ramadhan yang didalamnya diwajibkan berpuasa. Jika seseorang terbiasa berpuasa sebelum Ramadhan, maka ia akan lebih terbiasa, lebih kuat dan lebih bersemangat dalam menunaikan puasa wajib di bulan Ramadhan.
Baca Juga Artikel Lainnya :

Powered by Blogger.

Popular Posts

Label 2

SELECT LANGUAGE :